Anak Berhadapan dengan Hukum terutama yang berada di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Yogyakarta ternyata memiliki tingkat kesejahteraan subjektif yang rendah. Mereka didapati masih menyimpan dendam dan menilai bahwa hidup mereka telah tercoreng karena harus menjalani pembinaan di LPKA.
Persoalan ini coba diungkap oleh 6 mahasiswa psikologi UGM yang sedang melakukan penelitian di LPKA Kelas II Yogyakarta. Dengan mengangkat judul “Program Aktif (AKU POSITIF) Untuk Meningkatkan Subjective Well Being Anak di LPKA Kelas II Yogyakarta” para mahasiswa mencoba meningkatkan kesadaran tersebut. Diharapkan anak didik pemasyarakatan lebih menerima keberadaan mereka di LPKA dan menghapus dendam masa lalu mereka. “Diharapkan ketika mereka keluar dari LPKA bisa menapaki jalan yang lebih bahagia dan lebih baik” ungkap Nurul, salah seorang peneliti dari fakultas Psikologi UGM.
Penelitian ini direncanakan untuk dilaksanakan selama 7 sesi pertemuan yang dilaksanakan mulai hari senin ini (6/1) sampai rabu (16/1). Sedang untuk sample penelitian, mereka memilih 7 anak didik pemasyarakatan yang menghuni LPKA Kelas II Yogyakarta. “Mereka dipilih karena berdasar observasi sebelumnya nilai kesejahteraan subjektif yang paling rendah,” kata Nurul sekali lagi.
Selama ini pendampingan psikologi di lingkungan LPKA Kelas II Yogyakarta memang masih sedikit sekali. Hal ini diakui oleh Setyawan Nugroho Endiyanto selaku kepala Subsie Pendidikan dan Bimbingan Kemasyarakan di LPKA Kelas II Yogyakarta. “Diharapkan, dengan bantuan dari teman-teman Psikologi UGM ini, ABH LPKA Kelas II Yogyakarta dapat lebih menghargai diri sendiri, melupakan dendam mereka dan menjalani masa pembinaan di LPKA dengan lebih percaya diri untuk dapat menatap masa depan yang lebih baik” demikian imbuhnya.
Fisnu (kontributor LPKA)